well, sabtu siang 10 oktober 2008 –yang jelas udah sangat lama sekali- gandung, chandra und ich baru aja abis dari sekolah setelah melakukan hal yang tidak2 di sekolah. secara itu hari terakhir-akhir-akhir banget kita libur, jadi kita memutuskan untuk menghabiskan malming –malam minggu, khas anak muda perkotaan- di sudut2 kota, entah dimana akan dilanjutkan yang bersangkutan.
Jam 3 setenga 4 kita melesat ke arah stasiun tebet, karena gandung ngebet ke B-O-G-O-R pake kereta. yang perlu dicatet sodara-sodari, naeknya KERETA EKONOMI (kasta paling rendah dalam kehidupan per-kereta-api-an Indonesia). singkatnya, jam 4 kita nungguin kereta ekonomi yang datengnya sekitar setengah jam sekali.
Brrrrrrrrr......bzzzzz…..toeeeeeetttt…….kereta ekonomi pertama lewat. Sarden aja kalah penuh tuh ama keretanya. Rame tak dinyana (mungkin ini term bagi orang yang baru pertama kali naek kereta setelah belasan tahun gak pernah naek kereta).
Baiklah saudara abe, anda tentu masih survive untuk nunggu kereta berikutnya’kan? Tentu iya.
Brrrrrrrrr......bzzzzz…..toeeeeeetttt…….kereta ekonomi kedua lewat dengan indah. Oh..yes..oh no..oh..uh..ah..ah.......... yang ini jauh lebih hot, sampe ada yang naek ke atap kereta. Akhirnya si chandra bilang,"Be, naek ke atep aja yuk?". Semoga Chandra saat itu sangat sadar dengan apa yang diucapakannya. Ajigile, gue gak kebayang kalo ada kotoran burung jatoh di atas tuh atep, ada yang kepeleset, trus jatoh, trus pala buntung, trus badan kepotong, trus muka berantakan, trus baju robek, trus celana sobek, apalagi coba yang bisa dibanggain dari badan yang termutilasi kereta.
Untuk keduakalinya saudara abe, apakah anda masih kuat dan sehat untuk menunggu kereta selanjutnya? Mari kita coba!
sebelum kereta ketiga dateng, gue ngomong,"woy, kalo kereta abis ini masih bersarden-ria, mending kita ke pizza aja, daripada maksain, nyampe bogor tinggal nama kan gak seru jalanjalannya!". Usulan ini lantas diindahkan oleh yang lain.
Brrrrrrrrr......bzzzzz…..toeeeeeetttt…….kereta-ekonomi-harapan-anak-bangsa akhirnya lewat. lalu, kami bertiga menyongsong kereta itu dengan sebuah asa di hati, kelak kereta itu lebih lengang. Jeng….jeng…jeng…-dengan posisi kamera di zoom-in dan muka penuh kejutan- ternyata ramenya melebihi penonton pelantikannya om barry –obama-, serius betulan.
Untuk kesekiankalinya saudara abe, apakah anda rela dan bersedia untuk menunggu lebih lama kereta-berkasta-rendah itu? Oh, ampun di-je!!
akhirnya kita meluncur ke pizza tanpa ngeliat muka2 melas penumpang kereta yang sesek, kepanasan dan mungkin hampir meregang nyawa.
-----
"DELIGHT BER-4, pizza semua ya mbak!" sahut gue kepada mbaknya pizza
pizza dateng, 30 menit kemudian tandas sama orang2 laper yang nunggu lama di stasiun......
cengkramacandatawatangisharubahagiadansenang menyita waktu kami sekitar dua jam. Jam enam sudah tiba.
gandung-yang-masih-penasaran-akan-kota-hujan akhirnya bertutur halus, “ke stasiun lagi yuk!”
tiket ekonomi ac –satu kasta di atas ekonomi biasa- sudah dipesan. Setengah tujuh, ekonomi ac merapat, naeklah kami bertiga. Ya Allah makasi bener dah, kesampean juga jalanjalan make kereta.
Oh tidak, perjalanan kami tak terasa –karena pemandangannya gelap- sudah dua jam. Duduklah kita di tempat-duduk-lesehan-atau-di-lantai-kereta, ngantuk, mata sayup2, pengen tidur.
Roda kereta yang menari-menari akhirnya sampai di kotahujanyangtidaksedanghujan itu. Mimpi tiga bocah terkabul. betapa indah kotahujanyangtidaksedanghujan alias bogor di kala malam. Baiklah lima menit menikmati sendunya kota bogor sudah c-u-k-u-p.
Mesen tiket pulang, ekonomi kasta rendah untuk keberangakatan terkahir menuju Jakarta. Tak dinyana, jam 9 beli tiket, jam 10 kami melenggang menuju Jakarta, cukup satu setengah jam kami sampai di Jakarta.
Chandra berlabuh di sta tebet, gue dan gandng berlabuh berdua di sta manggarai. Sungguh ngantuknya hari ini. Kantuk itu belum selesai kern ague harus nyari transport pulang. Akankah naek kereta lagi? Tentu saja tidak saudara abe! Oren-oren di tengah malam –bajay- akhirnya melabuhkan gue di rumah tercinta.
Kisah sakses menuju bogor,
Makin tua makin jadi…
ariefbudiman